Kamis, Juli 12, 2012

RISALAH CINTAKU

Malang, 13 Mei 2006


Bagi: Risalah Cintaku Z.Sy
(13 Mei 2006, suatu hari yang menjadi milikmu)

Assalamu’alaikum, semoga semua terangkum, dalam doa yang kuntum, semerbaklah dunia setanggi melati yang terkulum pada sanggul pengantin.

            Dengan bismillah, tangan tengadah, kumulai menulis risalah, pada bulan Mei yang terjarah, ketika embun menulis silsilah, aku kembali istirah, setelah semalam kumencari hidayah dengan berhijrah, pada setiap ruang yang sudah dijatah, oleh yang Maha Megah, Allah.
Bermula dari ma’af, atas semua khilaf, mungkin jalan ini yang kupilih, setelah hadirku kamu harap, sebagai pelengkap, tepatnya di awal musimmu menuntaskan sejarah, dengan seorang hamba yang lebih lengkap, untuk menemani sisa musimmu menanam benih-benih kearifan hidup, melangsungkan sebuah ikrar sakral: Pernikahan.
Dalam kuluman senyum bibirmu yang masih membekas, ma’afkan aku atas ketidakmampuanku menemani kebahagiaanmu, ketidakhadiranku, kealfaanku, karena ada dan tidak adanya diriku, hidupmu akan selalu dirundung senyum dan tawa, sebab kamu dan dia direstui kedua orang tua, dan semua orang akan mendoakan bahagiamu, termasuk aku, meskipun dari jauh.
Hari ini, ketika malam manusia bermimpi, ketika pagi manusia mencari, dan ketika senja manusia mengungsi, kemudian kembali pada Ilahi. Adikku… berangkatlah, bergegaslah, tinggalkan air mata dan sesalmu, bawalah kembang ria dan bunga tawa, susurilah hutan-hutan kehidupan ini dengan hati yang selalu memberi, dakilah arti kemanusiaanmu sendiri, jagalah kesakinahan keluarga, rawat dan cintailah pendampingmu, sebab mungkin itulah jalan yang sering kamu dan keluargamu dambakan.
Ketika menyusuri rimbun dan savanna kehidupan, rapikanlah hatimu, bulatkan tekadmu, yakinkan dirimu, pasrahkan segalanya pada yang memiliki segala, tataplah dengan mata indahmu bahwa di depan kebahagiaanmu menanti, yakinlah bahwa gerbang yang adikku lalui saat ini adalah gerbang senyum dan cinta dimana didalamnya terdapat ribuan bunga dan telaga tempatmu membasuh segala duka dan membersihkan hati dari iri, dengki dan sakit hati. Pun ada pohon rahmat yang akan selalu memberi keluargamu keteduhan yang sesungguhnya. Dalam sebuah perjalanan, bermacam-macam warna sering kita torehkan pada kanvas hidup yang maha luas untuk menjadi lukisan hidup yang sesuai dengan kehendak dan keinginan Allah.
13 Mei, suatu hari yang telah menjadi milikmu, biarkan aku menulis hasrat, meski tubuh terasa gigil, karena kabut yang mengental telah memberiku kalut, di kota dimana dingin menjadi dindingnya, ijinkan aku menulis salam hangatku, untuk memberimu sedikit bisikan selamat:

Pada ketukan jemari waktu …

 Dari utara salju membalut gigil …

(Especially, in my beloved sister’s wedding party: Z Sy)
(13 Mei 2006)

pada sebuah kampung, bernama kehidupan
setetes embun muntah dari derai rerumputan
dari selatan angin membawa semilir
dari utara salju membalut gigil
dari timur kabut melontarkan mimpi
dari barat senja menunggu mati

dari sebuah bilik
seonggok hidup bermula
antara engkau dan dia
sementara di sebelah pintu
jemari waktu bergulir cemas pada sudut-sudut mata manusia
yang sibuk membuka halaman-halaman do’a
agar kelak engkau serupa bunga dan bahagia
mereka membacakanmu sholawat dan salam cinta

sungai yang bersumber dari kutipan buku sejarahmu
dari sanalah hidupmu dimulai, mengalir menuju hilir
carilah muara, dimana mesti kau akhiri
perjalanan nafasmu

ketukan jemari waktu
satu persatu menjadi jalan kecil
tempat kaki berpijak dan beranjak
mencari dan menjelajahi hutan-hutan kehidupan

aroma do’a dari seberang
dibawa angin dan olle ollang
turut mengantarkan pengembaraanmu
menyisiri setiap tepi dari guncah samudera
dan mengarungi derasnya hembusan nafas kemanusiaanmu

adikku, hari ini ketukan jemari waktu
telah membawamu melintasi sejengkal pelayaran
menepi pada satu dermaga “pernikahan”
sementara dermaga-dermaga lain menunggumu
melabuhkan kerinduan
kemudian….
kau akan melanjutkan perjalanan
hingga waktu usai

simfoni tahun silih berganti
tawa dan airmata
senyum dan luka
melipat waktu, menghabiskan musim-musimmu

pada ketukan jemari waktu ini
tepat pada titik pertemuanmu dengan samudra hidup seorang laki-laki
meski bibir terasa getir
aku tetap berucap:
“Selamat atas Pernikahanmu, semoga bahagia, dan keluargamu sakinah mawaddah wa rahmah selalu”

kemudian….
adikku,
pada dirimu
tanggung jawab sudah menanti
sebagai seorang istri,
dan ibu bagi anak-anakmu nanti


adikku,
perempuan juga lahir dengan tugas kemanusiaannya
carilah makna dirimu
pada diri, orang lain, dan alam raya
sebab sewaktu-waktu nafas kita
akan kembali pada yang memiliki Kuasa

hari terus merebahkan diri
sementara kota ini kembali dingin
hanya angin yang menyisakan gerimis
yang lain meletupkan tangis

pada ketukan jemari waktu
akhirnya kau juga sampai
sekali lagi, selamat atas pernikahanmu!!!
            semoga engkau tak hanya melati semerbak wangi
tapi juga akar yang memahami aroma tanah
yang kita pijak setiap langkah
sekaligus tempat kita untuk rebah

Setelah hari ini, jangan menoleh lagi, biarkan musim yang kumiliki berkarat bersama hatiku yang sekarat. Adikku….bagiku cinta dan sakit hati sama-sama anugerah, sama-sama baik, karena semuanya bersumber dan diberi oleh Allah dan aku tak boleh menolaknya. Selain itu, aku sangat berterima kasih sekali atas senyum dan air matamu yang telah menjadi embun pada pagiku, yang telah menjadi rimbun pada hutan hidupku, yang telah menjadi musim pada bumiku. Dengan senyum dan airmatamu aku mengerti tentang satu hal: mungkin ikhlas yang kutafsiri adalah membiarkan orang sangat yang kita cintai untuk tidak kita miliki.
Walau hati tak hendak mengatup, tapi risalah ini harus kututup, sekali lagi aku mohon dengan sangat maafmu atas ketidakhadiranku dan ketidakmampuanku memberi ucapan selamat secara langsung, mungkin ini jalan terbaik yang aku ketahui dan aku tafsiri, karena di hari bahagiamu aku tak ingin ada orang yang menangisi diriku, iba atas resahku, aku tak ingin berbagi tangis dengan siapapun di hari pernikahanmu, nikmati saja kebahagiaanmu bersama orang yang ada dihadapanmu, siapapun itu. Yayakku, bagi mas: kehadiranmu dalam hidup mas merupakan sebuah anugerah yang luar biasa, meskipun Yayak seutuhnya tak kumiliki, dan tanpa melupakan anugerah itu, aku harus tetap bersyukur dan bersujud berkali-kali pada Allah, Tuhanku, sebab kau adalah sejarah yang tertata rapi dalam lubuk hatiku, hanya aku dan Tuhanku yang mengerti makna sesungguhnya lembar-lembar sejarah itu. Salam hangat dari hatiku yang masih seperti dulu spesial buat hatimu yang dulu juga. Dengan bentangan tali silaturrahiem yang masih terikat abadi, mari kita buat lebih berarti, meski aku tak hadir hari ini. Sepanjang hembusan nafas, persaudaraan dan lain halnya antara mas dan adikku Yayakku akan tetap tertanam di kawah dan ngarai hidupku. Pintu rumahku dan hatiku selalu terbuka untuk setiap orang yang hendak mengunjungiku, termasuk kamu dan keluargamu.
Ya’…. Ma’fkan Mas tak datang ya…, jujur: di hati mas masih terbersit cinta, sehingga dengan cinta itu, aku takut untuk membencimu meskipun sekejab….

Wassalamu’alaikum, semua sudah terangkum, dalam kehangatan.

Pembuat Risalah

Ibnu Syam

0 comments: