ia menyebut namanya: sendiri
ruang berbagi rindu dan cinta, bertemu di muaraMu
Search
Senin, Juli 23, 2012
KEPERGIANKU
Posted on Senin, Juli 23, 2012
by Hamiddin
KEPERGIANKU
sudah kurentangkan
jalan setapak ke puncak
gunung berbunga itu
dengan sehelai selendang dan
cemeti aku menggeret takdir
menjadi tandu
gugur bunga pada sepi
Malang, 2003
(hamiddin)
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest
Posted in
Puisiku
|
No comments
Posting Lebih Baru
Posting Lama
Beranda
0 comments:
Posting Komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengenai Saya
Hamiddin
Lihat profil lengkapku
Popular Posts
Puisi Hamiddin di Media Massa
di Majalah Syir'ah 2005 Di Majalah Syir'ah 2006 Di Koran Harian Surya 2007 ...
KECUPMU ADALAH LUKA REMBULAN
KECUPMU ADALAH LUKA REMBULAN Oleh Hamiddin Kurebahkan tubuh ini Diantara senja yang melamun Kita dulu pernah menorehkkan janji Untuk mengge...
Beberapa Puisi
PADAMU malam pada mimpi pagi pada cari sore pada pergi padamu aku tepi Luk-guluk, Pebruari 2006 PERGI DARIMU Pergi darimu tanah...
DI TAMAN KOTA
DI TAMAN KOTA Hamiddin Bulan bertengger di pelupuk malam Separuh tubuhnya terpungut usia Jalannya renta, jejaknya menua Mungkin tadi sore ta...
25 HARI DALAM KEBERSAMAAN
25 HARI DALAM KEBERSAMAAN Hamiddin Lengkingan malam lenyap di balik rona fajar yang membujur membentuk gumpalan dan berkas putih di tepian p...
23 HARI MENCARI KEFITRIAN: MATERI, IBADAH DAN HARMONISASI
23 HARI MENCARI KEFITRIAN MATERI, IBADAH DAN HARMONISASI Hamiddin Ketika pagi beranjak dewasa, ia mulai memungut serpihan-serpihan jagung d...
26 HARI MENJELANG KEFITRIAN
26 HARI MENJELANG KEFITRIAN Hamiddin Awan membalut malam, sebentar saja sabit bulan menyayat kelam, sapuan angin mendinginkan tubuh, letupan...
AKU HANYA BIBIR
AKU HANYA BIBIR Ingin kurangkum nafasmu Ketika ujung bibirku lelap dalam nikotin Ingin kularungkan senyummu Ketika bongkahan bibirku le...
PAGI: SECANGKIR KOPI
PAGI: SECANGKIR KOPI Oleh Hamiddin Matahari merambat di dinding pagi Sepenggal doa kurebahkan bersama hati Sementara dunia sibuk mengais...
MERAH PUTIH
MERAH PUTIH Di atas merah, Bumi membasah, Luapan nafas mengasuh gelisah Perigi waktu meletakkan sejarah Bahwa dulu kita terjajah Di atas put...
Categories
Cerita
(2)
Kajian Sastra
(1)
Puisiku
(54)
Puisiku di Media Massa
(1)
Renungan
(10)
Surat-Surat Cinta
(1)
Blog Archive
►
2015
(1)
►
Desember
(1)
►
2013
(1)
►
Juli
(1)
▼
2012
(61)
►
September
(1)
►
Agustus
(11)
▼
Juli
(49)
HANGUS DALAM BIRAHI
CANDU DALAM DEBU
BERTEMU FAIZI DI RANTING JUNI
KEPERGIANKU
KEHADIRANKU
UNTUK APA KAU DATANG KESINI
IBU 2
PAGI: SECANGKIR KOPI
PADA SEBUAH JALAN
DI ATAS ANJUNGAN
DALAM SEKENTAL KOPI*
SEMBAB MATAMU
AKU INGIN MENGUSAP EMBUN DI KELOPAKNYA
IA YANG MENGATUP, JADILAH KUTUB
SILSILAH KABUT
KALIGRAFI HATI
PENGGALAN MUSIM*
PERJAMUAN
RISALAH CINTAKU
SAMPAI
BILA AKU SAMPAI
BIARKAN MUSIM MENABIK MIMPI
MERAH PUTIH
MAU JADI APA AKU INI?
KEPERGIANMU TELAH MERIMBUNKAN GELISAHKU
Mencari Timur
SEPANJANG PAGI
MENCARI ARAH
DARI KAMPUNG
PERJALANAN
DI KOTA BERKABUT
PADA SUATU PAGI
KEPADA AYQI
SEIKAT SABDA BUNGA
SELAMAT JALAN KIAI
DARIMU: AKU
AKU HANYA BIBIR
BIARKAN MATAHARI BERLALU
KEPADA: IQ-ku
KUGENGGAM MATAHARI
BUAT SIAPA
PAGI: SECANGKIR KOPI
PELUK PADA TELUKMU
KARTU MERAH CINTA
AKU BISA MENEMANIMU
MONOLOG DIGITAL
CELOTEH BURUNG
RISALAH SURAU oleh Ibnu syam (Hamiddin) Dulu… Rum...
MAU JADI APA AKU INI?
►
2009
(1)
►
Juli
(1)
►
2006
(1)
►
Februari
(1)
►
2005
(4)
►
Desember
(1)
►
Oktober
(3)
Labels
Cerita
(2)
Kajian Sastra
(1)
Puisiku
(54)
Puisiku di Media Massa
(1)
Renungan
(10)
Surat-Surat Cinta
(1)
Diberdayakan oleh
Blogger
.
0 comments:
Posting Komentar