Di Bilik Ramadhan 16
: percakapan 4 April 2002
Beberapa tahun lalu, gerimis, di sebuah Ashar, kita terjebak dalam ganjilnya percakapan :
“aku hendak pergi mencari sunyi, tempat paling teduh membasuh luka, mau ikut?”
Mendekam dalam batu, bibirmu merapat seperti salju
Suaramu hening, hanya dingin bermukim dalam gigilmu
“sekarang atau kujemput sebelum pagi, biar embun tak terlalu lama menunggu matahari”
dengan ritmis seadanya, bekumu semakin mengeras
alif-alif itu tak beranjak dari lelapmu
sementara sisanya dijarah hujan
akupun berangkat
ketika kamu memberi isyarat
: biar kulengkapi mimpi, kemana ia harus mengungsi
katamu.
Malang, 24 September 2005.
Di Bilik Ramadhan 18
: pertemuan 6 April 2002
Sore melanjutkan kisahnya
kurapikan matahari sebelum aku pergi
menjelajahi cuaca yang kau tinggalkan sendiri
di bilik tak berpenghuni
aku bersetubuh dengan gerimis
ketika kureguk bibir dan kukecup keningnya
semakin erat ia merangkul gigilku
: temani aku dalam badaimu
bisiknya
Malam melengkapi kisah senja
sebutir rindu mengeras batu
menjadi jalan kecil dalam tidurku
ketika sisa gerimis yang kusetubuhi
mengungsi ke bilik-bilik lain
kau datang padaku
membawa air dan batu
: inilah sungai hidupku, bermuarakah aku pada lautmu?
tuturmu
Malang, 27 Oktober 2005
: percakapan 4 April 2002
Beberapa tahun lalu, gerimis, di sebuah Ashar, kita terjebak dalam ganjilnya percakapan :
“aku hendak pergi mencari sunyi, tempat paling teduh membasuh luka, mau ikut?”
Mendekam dalam batu, bibirmu merapat seperti salju
Suaramu hening, hanya dingin bermukim dalam gigilmu
“sekarang atau kujemput sebelum pagi, biar embun tak terlalu lama menunggu matahari”
dengan ritmis seadanya, bekumu semakin mengeras
alif-alif itu tak beranjak dari lelapmu
sementara sisanya dijarah hujan
akupun berangkat
ketika kamu memberi isyarat
: biar kulengkapi mimpi, kemana ia harus mengungsi
katamu.
Malang, 24 September 2005.
Di Bilik Ramadhan 18
: pertemuan 6 April 2002
Sore melanjutkan kisahnya
kurapikan matahari sebelum aku pergi
menjelajahi cuaca yang kau tinggalkan sendiri
di bilik tak berpenghuni
aku bersetubuh dengan gerimis
ketika kureguk bibir dan kukecup keningnya
semakin erat ia merangkul gigilku
: temani aku dalam badaimu
bisiknya
Malam melengkapi kisah senja
sebutir rindu mengeras batu
menjadi jalan kecil dalam tidurku
ketika sisa gerimis yang kusetubuhi
mengungsi ke bilik-bilik lain
kau datang padaku
membawa air dan batu
: inilah sungai hidupku, bermuarakah aku pada lautmu?
tuturmu
Malang, 27 Oktober 2005
0 comments:
Posting Komentar