Rabu, Oktober 19, 2005

Di Bilik Ramadhan

Puisi-Puisi Hamiddin


Di Bilik Ramadhan 12

Ada yang bertamu lagi padaku
Tapi bukan gigil, dingin dan sepi
Ia menyebut namanya: sendiri

Malang, 18 Oktober 2005


MEMBACA ALBUM

Di ujung hembusan angin
Debu-debu melecut derapnya,
Masa lalu mencatat album tanah dan memoriar luka
Kemanakah lorong sungai mengalir kau bawa?

Dengan rembang yang meradang seadanya
Bingkai hidup memasung aroma tembakau dan kehangatan batu-batu
Biarkan musim mengorek gigirnya
Karena sebentar lagi gerimis………. kemudian hujan
Sementara kita akan mencari teduh
Sembari menafsirkan lepuhnya tanah

Malang, 19 September 2005



PENGANTIN
Pro: Yaya’

malam bersandar pada keningku
sujudku basah bersama bibirmu
mungkin di persimpangan doaku
“kaulah pengantinku!!!”

Malang, 19 September 2005


Di Bilik Ramadhan 3

bulan menetas dari rahim langit
guratannya serupa bibirmu
dan kuduga, bulan itu adalah dahagamu
yang menjadi peluru
tak henti-henti memburuku merindu-rindu

maghrib, darinya bermulanya kecupan
untuk mengendapkan harapan
subuh, darinya kehangatan dipastikan
untuk mengentalkan kopi
pertemuan

bila bulan itu bibirmu adanya
ingin kukecup ia tanpa rasa, selain cinta….

Malang, 8 Oktober 2005



Di Bilik Ramadhan 11

Gigil, dingin dan sepi
Bertamu dalam nadi
Kuajak mengaji
Mencari galaksi

Aku datang sebelum pagi
Mencari tadarusmu hilang pergi
Dimanakah kamu mengungsi?

Sebab puisi bukanlah telaga sehangat matahari
Kuputuskan kau kutelusuri
Hingga kau kutiduri
Dengan nafiri nyeri lelaki

Malang, 18 Oktober 2005



Bunuh Aku

Engkau Ibrahim
aku isma`iel
sembelih aku
dengan segenap cintamu

Malang, 1 Pebruari 2004


Email dari Kekasihku 2

di pinggir musim
gerimismu
: Gigil aku dalam badaimu

Malang, 23 Pebruari 2004



MEDITASI

Pada gigir celurit-mu
Kudaki ritmis takdirku
Hingga puting-puting doa
Kukecup penuh susu

Malang, 2004

0 comments: