Puisi-Puisi Hamiddin
Di Bilik Ramadhan 12
Ada yang bertamu lagi padaku
Tapi bukan gigil, dingin dan sepi
Ia menyebut namanya: sendiri
Malang, 18 Oktober 2005
Di Bilik Ramadhan 12
Ada yang bertamu lagi padaku
Tapi bukan gigil, dingin dan sepi
Ia menyebut namanya: sendiri
Malang, 18 Oktober 2005
MEMBACA ALBUM
Di ujung hembusan angin
Debu-debu melecut derapnya,
Masa lalu mencatat album tanah dan memoriar luka
Kemanakah lorong sungai mengalir kau bawa?
Dengan rembang yang meradang seadanya
Bingkai hidup memasung aroma tembakau dan kehangatan batu-batu
Biarkan musim mengorek gigirnya
Karena sebentar lagi gerimis………. kemudian hujan
Sementara kita akan mencari teduh
Sembari menafsirkan lepuhnya tanah
Malang, 19 September 2005
PENGANTIN
Pro: Yaya’
malam bersandar pada keningku
sujudku basah bersama bibirmu
mungkin di persimpangan doaku
“kaulah pengantinku!!!”
Malang, 19 September 2005
Di ujung hembusan angin
Debu-debu melecut derapnya,
Masa lalu mencatat album tanah dan memoriar luka
Kemanakah lorong sungai mengalir kau bawa?
Dengan rembang yang meradang seadanya
Bingkai hidup memasung aroma tembakau dan kehangatan batu-batu
Biarkan musim mengorek gigirnya
Karena sebentar lagi gerimis………. kemudian hujan
Sementara kita akan mencari teduh
Sembari menafsirkan lepuhnya tanah
Malang, 19 September 2005
PENGANTIN
Pro: Yaya’
malam bersandar pada keningku
sujudku basah bersama bibirmu
mungkin di persimpangan doaku
“kaulah pengantinku!!!”
Malang, 19 September 2005
Di Bilik Ramadhan 3
bulan menetas dari rahim langit
guratannya serupa bibirmu
dan kuduga, bulan itu adalah dahagamu
yang menjadi peluru
tak henti-henti memburuku merindu-rindu
maghrib, darinya bermulanya kecupan
untuk mengendapkan harapan
subuh, darinya kehangatan dipastikan
untuk mengentalkan kopi pertemuan
bila bulan itu bibirmu adanya
ingin kukecup ia tanpa rasa, selain cinta….
Malang, 8 Oktober 2005
Di Bilik Ramadhan 11
Gigil, dingin dan sepi
Bertamu dalam nadi
Kuajak mengaji
Mencari galaksi
Aku datang sebelum pagi
Mencari tadarusmu hilang pergi
Dimanakah kamu mengungsi?
Sebab puisi bukanlah telaga sehangat matahari
Kuputuskan kau kutelusuri
Hingga kau kutiduri
Dengan nafiri nyeri lelaki
Malang, 18 Oktober 2005
Bunuh Aku
Engkau Ibrahim
aku isma`iel
sembelih aku
dengan segenap cintamu
Malang, 1 Pebruari 2004
Email dari Kekasihku 2
di pinggir musim
gerimismu
: Gigil aku dalam badaimu
Malang, 23 Pebruari 2004
MEDITASI
Pada gigir celurit-mu
Kudaki ritmis takdirku
Hingga puting-puting doa
Kukecup penuh susu
Malang, 2004
bulan menetas dari rahim langit
guratannya serupa bibirmu
dan kuduga, bulan itu adalah dahagamu
yang menjadi peluru
tak henti-henti memburuku merindu-rindu
maghrib, darinya bermulanya kecupan
untuk mengendapkan harapan
subuh, darinya kehangatan dipastikan
untuk mengentalkan kopi pertemuan
bila bulan itu bibirmu adanya
ingin kukecup ia tanpa rasa, selain cinta….
Malang, 8 Oktober 2005
Di Bilik Ramadhan 11
Gigil, dingin dan sepi
Bertamu dalam nadi
Kuajak mengaji
Mencari galaksi
Aku datang sebelum pagi
Mencari tadarusmu hilang pergi
Dimanakah kamu mengungsi?
Sebab puisi bukanlah telaga sehangat matahari
Kuputuskan kau kutelusuri
Hingga kau kutiduri
Dengan nafiri nyeri lelaki
Malang, 18 Oktober 2005
Bunuh Aku
Engkau Ibrahim
aku isma`iel
sembelih aku
dengan segenap cintamu
Malang, 1 Pebruari 2004
Email dari Kekasihku 2
di pinggir musim
gerimismu
: Gigil aku dalam badaimu
Malang, 23 Pebruari 2004
MEDITASI
Pada gigir celurit-mu
Kudaki ritmis takdirku
Hingga puting-puting doa
Kukecup penuh susu
Malang, 2004
0 comments:
Posting Komentar